Ziarah Panjalu, Pamijahan dan Gunung Haruman
Assalamualaikum wr. wb
Seminggu yang lalu, mbu diajak ziarah hanya berlima bersama suami dan anak-anak. Tujuannya ada tiga tempat, Panjalu, Pamijahan, dan Gunung Haruman.
Zulfa dan Nufus begitu semangat karena diiming-iming naik perahu. Saya yang biasa aja jadi ikut semangat melihat antusias mereka berdua. Terbayang perjalanan jauh berangkat sore, sampai subuh, sambil memangku bayi. Belum termasuk macet dan rewelnya Zulfa atau Nufus di jalan. Tapi mati kita syukuri ajakan langka dari pak suami, hehehe.
1. Panjalu
2. Pamijahan
Saat itu turun hujan, sambil menunggu pa supir beristirahat, saya bermain bersama anak-anak. Selesai mandi dan sholat magrib kita ziarah ke makom Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Karena hujan deras, yang berziarah hanya suami. Saya dan anak-anak menunggu di salah satu warung kopi. Sepanjang jalan berjejer toko oleh-oleh. Ada yang menjual pakaian, aneka mainan, rumah makan Sunda, aneka kerajinan tangan khas Sunda, kolang-kaling, aneka dodol wajib, dll.
Toko-toko tersebut sangat rapi dan bersih. Toko-toko tersebut adalah pemukiman penduduk yang sekaligus dipakai untuk berjualan aneka oleh-oleh. Jadi seperti tempat penginapan bu mutiara, penduduk lainnya menyulap rumahnya menjadi tempat berjualan sekaligus menyediakan penginapan. Kreatif ya. 😊
Toko-toko berjejer sampai ke Goa Safarwadi. Tempat bertapa nya Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Tempat berdzikir. Tapi perjalanan kita di Pamijahan tidak sampai ke Goa karena membawa bayi. Terbayang suasana pengap.
Kita menginap semalam dan paginya berburu oleh-oleh. Kolang-kaling berukuran besar sekitar 7cm menjadi pusat perhatian kami. Harganya murah Rp. 10.000,-/Kg. Karena membeli cukup banyak, 13 Kg kitaharus membeli karung dan double plastik agar mudah dibawa dan tidak rembes di mobil. Selain kolang-kaling, kita membeli dodol dan wajit. Harga aneka dodol dan wajit Rp. 20.000/Kg
Selesai membeli oleh-oleh kita melanjutkan perjalanan ke Gunung Haruman.
3. Gunung Haruman
Dari Pamijahan ke Gunung Haruman butuh waktu 3 jam. Di jalan kita mampir ke tempat yang menjual bubur ayam. Langsung saja saya memesan empat mangkuk bubur ayam. Khas nya di Tasik, bumbur ayam tanpa kuah kuning seperti di Bogor. Di taburi suwiran ayam, kacang, goreng bawang dan potongan cakwe. Lucu ya setiap daerah makanan serupa aja bisa beda-beda. Zulfa Nufus pun tertawa lucu melihat ada potongan cakwe di atas bubur ☺.
Tepat saat bedug Dzuhur, kita sampai di gunung haruman. Karena perut mulai keroncongan lagi, suami mengajak makan siang di Warung AAP. Tanpa pikir panjang dia sendiri yang memilih menu kesukaannya, Gurame bakar dan ayam goreng untuk anak-anakanak-anak.
Menariknya gurame bakarnya sudah diguyur sambal kecap. Banyaknya irisan cabe begitu menggoda mata. Disajikan dengan aneka lalapan dan sambel 'Cibiuk'. Sambal hijau yang penuh potongan tomat hijau yang diulek kasar. Menarik perhatian saya banget. Suami memang setiap tahunnya berziarah ke tempat ini jadi ini memang warung langganannya. Setelah mencuci tangan, anak-anak sibuk dengan ayam bakarnya. Suami sibuk dengan gurame bakarnya, saya sibuk dengan sambel yang baru pertama kali saya coba. Recommended banget ya teman-teman. Adik bayi asik tengkurap dengan mainannya. Ibu loading ASI dulu ya nak 😄.
Alhamdulillah selesai makan kita rehat beberapa menit lagi untuk melanjutkan sholat Dzuhur dan ziarah ke makom Wali Allah Syekh Haruman.
Syekh Haruman, yakni Syekh Ja'far Sidiq merupakan penyebar Agama Islam khususnya di Garut. Seperjuangan dengan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan.
Makom Syekh Haruman terletak di atas kaki Gunung Haruman, sekitar 200 m dari parkiran. Kita harus menaiki puluhan anak tangga yang diapit jejeran warung oleh-oleh. Tidak sebanyak seperti di Pamijahan, disini hanya ada aneka dodol, wajit, kerajinan tangan seperti golek dan boneka berbentuk kambing dan domba, jeruk garut dan bajigur. Bajigur dan aneka rebusan seperti ubi, singkong, talas dan kacang menjadi tujuan jajanan kami di tempat tersebut. Untuk ngemil di perjalanan pulang nanti. Tiba di makom, suami mulai memimpin do'a. Area makom begitu sederhana. Ada 3 bale sederhana di tengah kaki gunung, untuk para peziarah. Sepanjang makom banyak tukang sapu yang merawat area makom. Selesai ziarah suami memberi beberapa koin recehan kepada Zulfa dan Nufus. Mereka kebingungan untuk apa. Suami menjelaskan untuk dimasukkan ke kotak-kotak amal yang ada di sepanjang anak tangga, hasil dari kotak amal untuk perawatan area makom juga untuk Orang-orang yang menjaga kebersihan area makom. Zulfa dan Nufus sangat antusias menuruni anak tangga sambil mengisi kotak amal. Selain mengajak tafakur juga mengajari anak-anak bersedekah, dan mengenalkan perjalanan para Wali Allah di tanah Sunda 🥰
Selesai ziarah tiga tempat, waktunya pulang. Kita ambil jalur puncak. Meski agak macet, tapi kita bisa mampir ke tempat oleh-oleh di Puncak untuk membeli alpukat mentega.
Harga alpukat sebelum ditawar Rp. 35.000,-/Kg. Namanya emak-emak autotawar dong. Akhirnya dapat kesepakatan Rp. 28.000,-/Kg.
Melanjutkan perjalanan yang agak macet dan sampai rumah 23.15 WIB. Alhamdulillah Ya Rabb diberikan rezeki melaksanakan ziarah.
Wassalamu'alaikum wr. wb
Komentar
Posting Komentar