Ziarah Panjalu, Pamijahan dan Gunung Haruman

 Assalamualaikum wr. wb

Seminggu yang lalu, mbu diajak ziarah hanya berlima bersama suami dan anak-anak. Tujuannya ada tiga tempat, Panjalu, Pamijahan, dan Gunung Haruman. 

Zulfa dan Nufus begitu semangat karena diiming-iming naik perahu. Saya yang biasa aja jadi ikut semangat melihat antusias mereka berdua. Terbayang perjalanan jauh berangkat sore, sampai subuh, sambil memangku bayi. Belum termasuk macet dan rewelnya Zulfa atau Nufus di jalan. Tapi mati kita syukuri ajakan langka dari pak suami, hehehe. 

1. Panjalu



Terletak di daerah Ciamis, Jawa Barat. Yang menjadi tujuan ziarah yakni makam Prabu Hariang. Raja Islam pertama di Kerajaan Panjalu. Yang merupakan murid Kean Santang. Prabu Hariang berguru langsung ke sayyidina Ali bin Abi Thalib di Makkah.
Makomnya terdapat di pulau kecil di tengah Situ Lengkong. Jadi harus menyebrangi Situ menggunakan perahu untuk sampai ke makom. 
Masuk kawasan Panjalu saya dan keluarga kecil hanya dikenakan tiket Rp. 15.000,- 
untuk dua orang dewasa dan tiga anak kecil.
Terdapat banyak toko kecil yang menjual oleh-oleh daerah tersebut. Yang paling banyak berjejer adalah pakaian bertuliskan 'Situ Lengkong Panjalu'. Selain toko oleh-oleh terdapat juga rumah makan sederhana ala Sunda, dengan aneka lalapan berjejer di meja-meja rumah makan.
Untuk mencapai makam, pengunjung harus menyebrang menggunakan perahu. Namun harus per rombongan. Dengan biaya tiket Rp 10.000,-/orang. Sedangkan jika tanpa rombongan harga tiket perahu Rp. 250.000,-/perahu pulangpergi. Lumayan mahal bukan. Saya dan keluarga kecil harus menunggu penumpang lain agar menekan budget, hehehe. Hampir setengah jam belum juga terlihat pengunjung lain, jadi kami memutuskan naik perahu angsa goes. Sekaligus menghibur ketiga putra-putri kami. Biayanya Rp. 50.000,-/jam.
Karena tidak jauh, sekitar lima menit menggoes kami sampai di gerbang makom. Sebenarnya kita bisa memutari Nusa Larang, pulau kecil makan Prabu Hariang, tapi karena suami kurang tidur kasihan juga kan harus goes sekitar 50 menit, hehehe. Terdapat dua patung naga dan dua patung harimau. Harimau putih dan harimau hitam. Terdengar suara-suara kelelawar di atas pepohonan yang rimbun. 
Untuk mencapai makom, kita harus menaiki puluhan anak tangga. Zulfa Nufus sangat senang sekali. Mereka menanjak terlebih dahulu tanpa lelah. Belum kali ya, masih awal-awal perjalanan, hehehe. 
Sampailah di makom Prabu Hariang. Ini pertama kali saya ikut ziarah. Suami yang memimpin do'a. Tidak lama selesai ziarah, kita melanjutkan perjalanan lagi. Sambil menghabiskan waktu sewa angsa goes.
Kita mampir ke salah satu rumah makan Sunda untuk mengisi tenaga. Ada banyak menu yang disediakan. Ikan, ayam, tumisan, sayuran, lalap, sambel. Yang menjadi favorit suami adalah petai-petai yang digantung di atas meja pelanggan. Apapun menunya asal ada petai pak supir lahap makannya. 😆

2. Pamijahan


Dari Panjalu ke Pamijahan Tasik membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Sampai di Pamijahan kita cari penginapan. Karena kondisi pak supir yang mulai mengantuk. Penginapan di rumah-rumah penduduk. Lantai bawah untuk tempat tinggal pribumi sekaligus berjualan oleh-oleh, lantai atas biasanya khusus pengunjung yang ingin menginap. Kami menginap di salah satu rumah yang menjual mie ayam bakso. Rumah bu Mutiara. Biayanya Rp. 250.000,-/malam. Fasilitasnya kamar, balkon, ruang tamu dan toilet.
Saat itu turun hujan, sambil menunggu pa supir beristirahat, saya bermain bersama anak-anak. Selesai mandi dan sholat magrib kita ziarah ke makom Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Karena hujan deras, yang berziarah hanya suami. Saya dan anak-anak menunggu di salah satu warung kopi. Sepanjang jalan berjejer toko oleh-oleh. Ada yang menjual pakaian, aneka mainan, rumah makan Sunda, aneka kerajinan tangan khas Sunda, kolang-kaling, aneka dodol wajib, dll. 
Toko-toko tersebut sangat rapi dan bersih. Toko-toko tersebut adalah pemukiman penduduk yang sekaligus dipakai untuk berjualan aneka oleh-oleh. Jadi seperti tempat penginapan bu mutiara, penduduk lainnya menyulap rumahnya menjadi tempat berjualan sekaligus menyediakan penginapan. Kreatif ya. 😊
Toko-toko berjejer sampai ke Goa Safarwadi. Tempat bertapa nya Syekh Abdul Muhyi Pamijahan. Tempat berdzikir. Tapi perjalanan kita di Pamijahan tidak sampai ke Goa karena membawa bayi. Terbayang suasana pengap.
Kita menginap semalam dan paginya berburu oleh-oleh. Kolang-kaling berukuran besar sekitar 7cm menjadi pusat perhatian kami. Harganya murah Rp. 10.000,-/Kg. Karena membeli cukup banyak, 13 Kg kitaharus membeli karung dan double plastik agar mudah dibawa dan tidak rembes di mobil. Selain kolang-kaling, kita membeli dodol dan wajit. Harga aneka dodol dan wajit Rp. 20.000/Kg
Selesai membeli oleh-oleh kita melanjutkan perjalanan ke Gunung Haruman. 

3. Gunung Haruman

Dari Pamijahan ke Gunung Haruman butuh waktu 3 jam. Di jalan kita mampir ke tempat yang menjual bubur ayam. Langsung saja saya memesan empat mangkuk bubur ayam. Khas nya di Tasik, bumbur ayam tanpa kuah kuning seperti di Bogor. Di taburi suwiran ayam, kacang, goreng bawang dan potongan cakwe. Lucu ya setiap daerah makanan serupa aja bisa beda-beda. Zulfa Nufus pun tertawa lucu melihat ada potongan cakwe di atas bubur ☺. 


Tepat saat bedug Dzuhur, kita sampai di gunung haruman. Karena perut mulai keroncongan lagi, suami mengajak makan siang di Warung AAP. Tanpa pikir panjang dia sendiri yang memilih menu kesukaannya, Gurame bakar dan ayam goreng untuk anak-anakanak-anak.

Menariknya gurame bakarnya sudah diguyur sambal kecap. Banyaknya irisan cabe begitu menggoda mata. Disajikan dengan aneka lalapan dan sambel 'Cibiuk'. Sambal hijau yang penuh potongan tomat hijau yang diulek kasar. Menarik perhatian saya banget. Suami memang setiap tahunnya berziarah ke tempat ini jadi ini memang warung langganannya. Setelah mencuci tangan, anak-anak sibuk dengan ayam bakarnya. Suami sibuk dengan gurame bakarnya, saya sibuk dengan sambel yang baru pertama kali saya coba. Recommended banget ya teman-teman. Adik bayi asik tengkurap dengan mainannya. Ibu loading ASI dulu ya nak 😄. 

Alhamdulillah selesai makan kita rehat beberapa menit lagi untuk melanjutkan sholat Dzuhur dan ziarah ke makom Wali Allah Syekh Haruman.

Syekh Haruman, yakni Syekh Ja'far Sidiq merupakan penyebar Agama Islam khususnya di Garut. Seperjuangan dengan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan.

Makom Syekh Haruman terletak di atas kaki Gunung Haruman, sekitar 200 m dari parkiran. Kita harus menaiki puluhan anak tangga yang diapit jejeran warung oleh-oleh. Tidak sebanyak seperti di Pamijahan, disini hanya ada aneka dodol, wajit, kerajinan tangan seperti golek dan boneka berbentuk kambing dan domba, jeruk garut dan bajigur. Bajigur dan aneka rebusan seperti ubi, singkong, talas dan kacang menjadi tujuan jajanan kami di tempat tersebut. Untuk ngemil di perjalanan pulang nanti. Tiba di makom, suami mulai memimpin do'a. Area makom begitu sederhana. Ada 3 bale sederhana di tengah kaki gunung, untuk para peziarah. Sepanjang makom banyak tukang sapu yang merawat area makom. Selesai ziarah suami memberi beberapa koin recehan kepada Zulfa dan Nufus. Mereka kebingungan untuk apa. Suami menjelaskan untuk dimasukkan ke kotak-kotak amal yang ada di sepanjang anak tangga, hasil dari kotak amal untuk perawatan area makom juga untuk Orang-orang yang menjaga kebersihan area makom. Zulfa dan Nufus sangat antusias menuruni anak tangga sambil mengisi kotak amal. Selain mengajak tafakur  juga mengajari anak-anak bersedekah, dan mengenalkan perjalanan para Wali Allah di tanah Sunda 🥰

Selesai ziarah tiga tempat, waktunya pulang. Kita ambil jalur puncak. Meski agak macet, tapi kita bisa mampir ke tempat oleh-oleh di Puncak untuk membeli alpukat mentega.

Harga alpukat sebelum ditawar Rp. 35.000,-/Kg. Namanya emak-emak autotawar dong. Akhirnya dapat kesepakatan Rp. 28.000,-/Kg.

Melanjutkan perjalanan yang agak macet dan sampai rumah 23.15 WIB. Alhamdulillah Ya Rabb diberikan rezeki melaksanakan ziarah.

Wassalamu'alaikum wr. wb


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulai Berani Nulis

Penanganan Demam Pada Anak di Rumah