21 tahun memutuskan menikah
Postingan kali ini saya ingin share pengalaman saya memutuskan menikah di umur 21 tahun. Umur dimana sedang asik-asiknya bekerja dan memberikan hasil jerih payah untuk orangtua.
Saya kenal Al, teman SD kakak saya sewaktu keluarga kami tinggal di daerah Citeureup. Yang awalnya Al meminta untuk mengenalkan dia dengan beberapa teman saya. Tapi akhirnya malah dia yang dekat dengan saya. Awalnya dekat sebagai penyemangat belajar saya, lama sering chat-an Al malah sering main ke rumah. Sebulan sekali. Itupun kabur dari pondok pesantren dan pinjam motor tetangga.
Yap. Al santri di salah satu ponpes di daerah Cimande. Kurang lebih lima tahun saling kenal, tibalah Al mengajak saya buka bersama akhir ramadhan di rumahnya. Sore hari saya dijemput Al, dan sampai di rumahnya beberapa menit sebelum bedug magrib. Saya membawa kue semprit dan kue bawang sebagai buah tangan untuk keluarganya. Alhamdulillah keluarganya welcome, dan bapa haji orang yang paling sering memulai pembicaraan. Kita sama-sama orang bogor kota. Saya di kedung badak dan bapa haji semasa kecil tinggal di warungjambu. Jadi ga terlalu canggung karena bapa haji cerita tentang masa kecilnya di daerah Bogor.
Singkat cerita tibalah saatnya buka puasa bersama. saat itu saya disuguhi uli goreng dan rendang. Favorit keluarga Al. Disediakan juga nasi dan sayur santan pelengkap rendang. Tapi karena canggung saya lebih memilih makan uli goreng sama seperti keluarga lainnya. Begitu singkat karena mengejar waktu sholat Magrib. Para lelaki Al, bapa haji dan kedua adik Al langsung ke rumah paman untuk acara hadyah dan fidyah.
Saya hanya bertiga dengan Nurul, adik bungsunya, dan umi haji. Lalu umi memulai obrolan dengan menceritakan suasana di rumahnya. Tak berselang lama tiba pada obrolan yang diluar dugaan.
"Seminggu abis lebaran umi bapa mau bawain uang ke rumah"
Apa-apaan ini? Saya ga mau ge-er tentang 'seserahan'. Tohga ada aba-aba dari Al.
Melihat saya yang bingung umi pun menjelaskan maksud perkataan umi tadi.
"Kalo nikah gimana kerjanya teteh"
"Batas kontrak tiga bulan lagi umi. Tapi kalo jodoh paling ngundurin diri"
"Teteh nya gimana?", umi sambil senyum. Malah aku yang tegang.
" Gimana orangtua aja mi"
Singkat cerita karena takut terlalu malam saya pulang diantar Al, sembari protes.
"Ko tiba-tiba nyuruh nikah?"
"Ya ga tau umi"
"Ko pake ga tau kan yang nikahnya kita bukan orang tua"
"Orangtua udah sering sakit-sakitan"
"Trus apa hubungannya?", pikiran saya masih melayang ke area tempat kerja. QC mana bisa memutuskan pekerjaan sepihak dan mendadak.
" Ya pengen nungkulan anaknya nikah. Syukur-syukur ada yang ngurusin kalo sakit"
"Kenapa ga ngabarin dulu?"
"Itu juga ngedadak tadi siang"
Entah gimana rasanya. Seneng dan takut. Bahkan nanti kalo udah turun dari motor juga kayaknya malu aja keliatan muka ku ini. Takut keliatan rona merah malu dan terharu. Tapi asli yang paling besar adalah perasaan tegang. Entahlah mengakhiri karir seperti apa. Ijazah saya pasti ditahan kalo aku resign sebelum masa kontrak habis.
Seakan tahu perasaan hati saya, Al memulai pembicaraan lagi.
"Kabari dulu ayah mamah. Gimana pendapatnya"
"Iya"
Mengantar saya tanpa mampir lama, Al lalu bertolak ke rumahnya.
Saya hampir lupa kapan saya menyampaikan amanat bapa dan umi haji ke ayah dan mamah. Rasanya terlalu pusing untuk maju ke depan. Serasa masih anak SMK AK Nusa Bangsa. Yang baru kemarin praktek di lab. Membuat larutan pereaksi. Menganalisa kadar-kadar analat dalam sampel. Ah aku masih anak mamah ayah yang kutu buku. Yang ketemu lelaki pun malu. Kenapa tetiba seperti ini.
Tak menunggu berhari-hari akhirnya rapat paripurna aku mamah dan ayah berlangsung. Mamah dan ayah kaget, sayakira hanya saya yang kaget dengan maksud umi bapa.
"Bilang umi bapa haji di sana, jangan dulu bawain uang. Main dulu kesini. Liat keadaan keluarga di sini takut ada yang ga cocok. Takut kaget nantinya. Intinya kenalan dulu. Cocok apa ga nya", amanat ayah
Saling menyambungkan informasi akhirnya lima hari setelah lebaran umi bapa haji dan Nurul datang dan mengobrol ringan dengan orangtua saya.
Entah apa yang diobrolkan beliau-beliau. Saya memilih mengajak Nurul main ke luar. Hasil dari obrolan para calon besan tersebut InsyaAllah seserahan jadi dilaksanakan dia hari lagi. Oalaaaah serasa makin tua kan.
Resign dengan ga masuk kerja lagi nekat saya lakukan. Fokus ingat umi bapa yang sering sakit-sakitan karena diabet. Dan paling utama yakni Lillahita'ala. Lebih besar maslahatnya saya berumahtangga. Ketimbang bekerja bertemu dan berinteraksi banyak lain mahrom di tempat kerja.
Ga banyak persiapan, pesan puade, undangan, souvenir, parsel hantaran dan ilmu. Apa hal dan kewajiban saya sebagai istri. Saat itu saya lebih milih googling ketimbang tanya langsung ke guru ngaji. Alasan malu padahal lebih baik sebaliknya.
12 Oktober 2014 Sebulan setelah acara seserahan. Akhirnya saya menjadi Mrs H. M. Abdurohman.
Bismillah semoga bisa membimbing saya menjadi hamba Allah yang taat beribadah. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Aamiin
Salah satu alasan saya memilih Al karena adanya perubahan dalam diri saya.
Bukan siapa kamu. Tapi siapa saya setelah mengenalmu.
Eaaaaa
Kesimpulannya saat kita bingung akan dia pertimbangan. Pilih mana yang lebih besar maslahatnya ketimbang mudhorotnya.
Wassalamu'alaikum wr. wb
Komentar
Posting Komentar